Ali Tutupoho, [+6281247466675]-[PIN BB: 2B187C39]. No ID Member K-Link:IDMUALA02869.
K-Link Indonesia Adalah Mitra Anda Menuju Masa Depan Gemilang" Segera Daftarkan Diri Anda, Dan Ikuti Pelatihannya dan Lakukan Bisnisnya Selama 2-5 Tahun Untuk Masa Depan Lebih Baik ->JOIN NOW - Or Hubungi Kami. Jangan terlalu lama berada dalam keadaan yang tidak membahagiakan. Beranikanlah diri mu untuk mengubah yang bisa kamu ubah sekarang.

Minggu, 29 Maret 2015

PENYEBAB, DAMPAK DAN CARA MENGATASI INFLASI

Menurut Endang Puspitawati, dkk (dalam Ekonomi, 2007:27) ada beberapa teori yang mempelajari tentang sebab-sebab terjadinya inflasi. Masing-masing teori melihat aspek-aspek tertentu dalam proses inflasi. Pandangan beberapa teori tentang sebab terjadinya inflasi anara lain sebagai berikut.
1 TEORI KUANTITAS
Pernyataan sederharna dari teori ini adalah kenaikan harga akan terjadi apabila kuantitas (jumlah) uang yang beredar bertambah. Menurut teori ini harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang, atau ditulis sebagai berikut.



Menurut teori kuantitas ada dua penyebab terjadinya inflasi yaitu:
1.Jumlah uang yang beredar melebihi yang dibutuhkan masyarakat. Maksudnya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat berlebihan, merupakan faktor utama pendorong terjadinya inflasi. Jumlah uang yang beredar terlalu banyak diantaranya karena terjadi defisit anggaran dan ditutup dengan mencetak uang. Semakin besar deficit yang dibiayai dari mencetak uang inflasi akan semakin parah.
2. Harapan psikologis akan terjadinya kenaikan harga di masa yang akan datang akan memperparah terjadinya inflasi. Maksudnya, apabila masyarakat mengharapkan dan memperkirakan bahwa harga dimasa  mendatang akan  mengalami kenaikan, maka masyarakat akan membelanjakan uangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian dala memegang uang. Keadaan ini akan semakin parah bila masyarakat sudah menyakini  kenaikan harga makin besar dari waktu ke waktu hingga masyarakat akan membelanjakan uangnya melebihi uang beredar. Hal ini dapat berakibat terjadinya hiperinflasi.
2 TEORI KEYNES
Para ahli ekonomi Keynesian (pengikut Keynes) menjelaskan seluruh proses ekonomi tanpa mementingkan peranan uang. Yang penting dalam kehidupan ekonomi  nasional adalah produksi (penawaran)  dan pembelanjaan (permintaan) dalam lingkaran ekonomi, sedangkan jumlah uang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat oleh dunia perbankan (Ritonga,dkk , 2000:84).
Dalam pandangan Keynes, permintaaan masyarakat  (effective demand) lah yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional. Para konsumen, para produsen, pemerintah dan luar negeri bersama-sama membeli banyak barang  dari yang dihasilkan oleh kapasitas produksi yang ada. Hal ini menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasaran. Produksi tidak bisa dinaikkan karena dibatasi kapasitas produksi. Rendahnya jumlah barang/jasa yang diproduksi berakibat terhadap harga. Tentu harga-harga dari komoditi barang/jasa akan naik, hal ini akan berimplikasi pada munculnya masalah inflasi.
3 TEORI STRUKTURALIS
Menurut teori ini , ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara yang sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut.
1.Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan  pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebab kelambaman tersebut sebagai berikut:
a)      Di pasar dunia, harga barang-barang ekspor dari Negara tersebut semakin memburuk.
b)      Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.
2.Ketidak Elastisan Penawaran atau Produksi Bahan Makanan di     Dalam Negeri.
Produksi bahan makanan didalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri  cendrung untuk naik, sehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naikya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikkan harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah selanjutnya diikuti oleh kenaikan harga barang-barang, begitu seterusnya.
Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak mengalami kenaikkan. Namun, karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses dorong-mendorong antara upah dengan harga tersebut selalu mendapat umpan baru dan tidak berhenti (Puspita Endang,  2000:28).
Dari ketiga teori menyatakan penyebab terjadinya inflasi, dapat disimpulkan bahwa inflasi itu disebabkan oleh:
a.
Inflasi disebabkan oleh sektor ekspor-impor Jika ekspor suatu negara lebih besar daripada impor, akan mengakibatkan terjadinya tekanan inflasi, tekanan inflasi terjadi karena semakin besar jumlah uang yang beredar di dalam negeri akibat penerimaan devisa.
b.
Inflasi disebabkan oleh sektor penerimaan dan pengeluaran negara Sektor penerimaan dan pengeluaran suatu negara yang defisit menjadi penyebab inflasi. Karena pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaannya, maka untuk menutupi keadaan tersebut akan dilakukan dengan mengeluarkan uang baru, pengeluaran uang baru menimbulkan tekanan inflasi.
c.
Inflasi disebabkan oleh sektor swasta Pengeluaran kredit dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi permintaan kredit swasta dapat juga menyebabkan terjadinya inflasi.
Dari penyebab inflasi di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan inflasi.
DAMPAK INFLASI
1. AKIBAT BURUK
Seperti pengangguran , inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat, dan kegiatan perekonomian  secara keseluruhan (Sadono Sukirno, 2002:16). Akibat buruk inflasi dapat dibedakan kepada dua aspek, yaitu:
1.      akibat buruk kepada perekonomian
2.      akibat buruk kepada individu dan masyarakat.
1. AKIBAT BURUK KEPADA PEREKONOMIAN
Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikkan upah pekerja, sehingga keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan akan menggalakan investasi dimasa datang dan ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diingnkan. Pengalaman beberapa Negara  yang telah mengalami inflasi hiper menunjukan bahwa inflasi yang buruk akan mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dan ini termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yang teguh dapat diwujudkan.
Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius, hal ini disebabkan oleh beberapa factor penting seperti yang diuraikan dibawah ini:
1. Inflasi menggalakan penanaman modal spekulatif
Pada masa inflasi terdapat kecendrungan di antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Dengan mebeli rumah, tanah, dan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.
2. Tingkat bunga meningkat sehingga akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan , institusi keuangan  akan meningkatkan tingkat bunga kepada pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.
3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.
Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan  ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan didalam negeri. Dengan demikian, inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bertambah lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan bertambah banyak daripada yang masuk keluar negeri. Berbagai kecendrungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran, defisit  neraca pembayaran yang serius mungkin berlaku. Hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.
2. AKIBAT BURUK KEPADA INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Akibat buruk kepada individu dan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga aspek seperti yang diterangkan dibawah ini:
1. Memperburuk distribusi pendapatan
Dalam masa inflasi  nilai harta-harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik, dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang adakanya lebih cepat dengan inflasi itu sendiri. Sebaliknya penduduk yang tidak mempunyai harta, yang meliputi sebagian besar dari golongan masyarakat yang berpendapatan rendah , pendapatan riilnya merosot sebagai akibat inflasi. Dengan demikian, inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan.
2. Pendapatan riil merosot
Sebagian tenaga kerja disetiap Negara  terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cendrung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja. Dengan demikian akan berimplikasi terhadap menurunnya kemakmuran masyarakat.
3.  Nilai riil tabungan merosot
Dalam perekonmian biasanya masyarakat menyimpan sebagian besar kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi dan juga pemegang-pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.
2. AKIBAT POSITIF
Selain dampak buruk, inflasi juga memiliki dampak positif yaitu, apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
CARA MENGATASI INFLASI
Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan kebijakan lain. Adapun penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan beberapa politik/kebijakan yaitu:
a.       Persediaan Kas
Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.
b.      Operasi Pasar Terbuka
Menurut Djamil Suyuthi (dalam Pengantar Ekonoi Makro:1989) dinyatakan bahwa bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan jalan membeli atau menjual surat-surat berharga pemerintah ( government securities ). Dalam bukunya dinyatakan bahwa bila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, misalnya karena bermaksud untuk mendorong perkembangan kegiatan dalam masa resesi, maka bank sentral mengadakan pembelian-pembelian surat berharga.
Dengan tindakan ini, uang beredar akan bertambah, karena bila bank sentral melakukan pemmbayaran  atas pembelian itu , cadangan bank-bank umum akan bertambah. Dengan bertambahnya cadangan  yang dimiliki bank umum, maka bank-bank tersebut dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak.
Sebaliknya, bila pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, misalnya pada waktu inflasi, maka bank sentral harus melakukan penjualan surat-surat berharga tersebut. Dengan penjualan surat-surat berharga tersebut, tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dimiliki bank umum berkurang, dan demikian kemampuan untuk memberi pinjaman juga berkurang.
c.       Diskonto
Melalui perubahan tingkat diskonto, Bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dan volume pinjaman. Misalnya dalam menekan inflasi, kebijakan diskonto dapat dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain:
a.       Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.
b.      Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
3. Kebijakan Lain
Kebijakan lain adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.
a.       Sanering
Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
·        Penurunan nilai uang
·      Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
b.      Devaluasi
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing. 
c.       Menaikan hasil produksi.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
d.      Kebijakan upah
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
e.       Pengawasan harga dan distribusi barang.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
  1. DAFTAR PUSTAKA     
 Puspitawati, Endang, dkk.2007.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap.Klaten:Viva Pakarindo
Ritonga, dkk.2000.Pelajaran Ekonomi 2 Untuk SMU Kelas 2.Jakarta:Erlangga
Soediyono.1981.Ekonomi Makro Analisa IS-LM dan Permintaan Penawaran Agretatif.Yogyakarta: Liberty
Sukirno, Sadono.2002.Pengantar Teori Makronomi Edisi Kedua.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Suyuthi, Djamil.1989.Pengantar Ekonomi Makro.Jakarta:Departement Pendidikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar