Pada bab ini kita akan belajar mengenai teori, konsep dan pengertian
yang melandasi pengguinaan program SPSS,
yang meliputi:
- Memahami konsep dan pengertian mengenai variable dan model hubungannya
- Memahami konsep dan pengertian mengenai skala pengukuran
- Memahami konsep dan pengertian tingkat kepercayaan (Confindence Interval)
- Memahami konsep dan pengertian tingkat signifikansi / probabilitas (significance level)
- Memahami konsep dan pengertian data / kasus
- Memahami konsep dan pengertian hipotesis, uji hipotesis satu sisi (one tailed) dan uji dua sisi (two tailed)
- Memahami konsep dan pengertian mengenai derajat kebebasan (degree of freedom)
- Memahami konsep dan pengertian mengenai nilai kritis
- Memahami konsep dan pengertian mengenai statistik parametrik dan nonparamterik
2.1 Pendahuluan
Untuk
memudahkan pembaca memahami penggunaan SPSS dengan baik dan benar serta dapat
memperoleh hasil yang maksimal, maka pembaca perlu memahami beberapa konsep
dasar yang berfungsi sebagai teori untuk melandasai dalam mengoperasikan SPSS
dan menfasir keluaran secara benar. Konsep-konsep dasar itu adalah variable,
model hubungan antar variable, tingkat kepercayaan (Confindence Interval,
tingkat signifikansi / probabilitas (significance level), pengertian data /
kasus, pengertian uji hipotesis satu sisi (one tailed) dan uji hipotesis dua
sisi (two tailed), hipotesis, derajat kebebasan (degree of freedom), nilai
kritis, statistik parametrik dan nonparametrik.
2.2 Pengertian Variabel
Beberapa pengertian mengenai
variabel akan diterangkan pada bagian ini, diantaranya:
Variabel didefinisikan sebagai “something
that may vary or differ” (Brown, 1998:7). Definisi lain yang lebih detil
mengatakan bahwa variabel “ is simply symbol or a concept that can assume
any one of a set of values” (Davis, 1998:23).
Definisi pertama menyatakan bahwa
variabel ialah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, penekanan kata sesuatu
diperjelas dalam definisi kedua yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan
sebagai seperangkat nilai-nilai. Definisi abstrak tersebut akan lebih jelas
bila diberi contoh sebagai berikut:
a.
Hubungan antara motivasi dengan kinerja pegawai
b.
Pengaruh promosi terhadap minat beli sepeda motor X
c.
Hubungan antara kualitas produk dengan volume penjualan
Contoh-contoh variabel ialah:
motivasi, kinerja, promosi, minat beli, kualitas produk dan volume penjualan
2.3 Tipe-Tipe Variabel
Pada bagian ini penulis akan menerangkan mengenai pengertian dan
contoh-contoh untuk variable bebas, tergantung, moderat, kontrol, dan variable
perantara.
2.3.1 Variabel Bebas
(Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel
stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas
merupakan variabel yang variabelitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.
Pada contoh di atas, “promosi”
adalah variabel bebas yang dapat dimanipulasi dan dilihat pengaruhnya terhadap
“minat beli”, misalnya apakah promosi yang dilakukan di televisi akan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dibandikan
dengan melalui Koran dalam kaitannya dengan minat beli konsumen terhadap sepeda
motor tersebut.
2.3.2 Variabel Tergantung
(Dependent Variable)
Variabel tergantung adalah variabel
yang memberikan reaksi / respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.
Variabel tergantung adalah adalah variabel yang variabelitasnya diamati dan
diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Pada
contoh pengaruh promosi terhadap minat beli sepeda motor, maka variabel
tergantungnya ialah “minat beli”. Seberapa besar pengaruh promosi terhadap
minat beli konsumen untuk sepeda motor tersebut. Untuk meyakinkan pengaruh
variabel bebas promosi di tv terhadap minat beli maka media tv dapat diganti
dengan media koran. Jika besaran pengaruhnya berbeda maka manipulasi terhadap
variabel bebas membuktikan adanya hubungan antara variabel bebas promosi dan
minat beli konsumen.
2.3.3 Hubungan Antara Variabel
Bebas dan Variabel Tergantung
Dalam penelitian kuantitatif pada
umumnya peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan lebih dari satu variable
atau setidak-tidaknya dua variabel, yang meliputi satu variabel bebas dan satu variabel
tergantung. Kedua varibel tersebut kemudian dicari hubungannya atau pengaruh dari
variabel satu terhadap lainnya. Untuk memperjelas keterangan tersebut, di bawah
ini akan diberikan contoh.
Contoh 1
·
Hipotesis penelitian: Ada
hubungan antara “gaya
kepemimpinan” dengan “kinerja” pegawai
·
Variabel bebas: gaya kepemimpinan
·
Variabel tergantung: kinerja pegawai
Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai, misalnya gaya kepemimpinan yang sentralistis akan berdampak
terhadap kinerja pegawai secara berbeda
dengan gaya
kepemimipinan yang bersifat delegatif.
Contoh 2
·
Hipotesa penelitian: Ada hubungan antara promosi dengan volume
penjualan
·
Variabel bebas: promosi
·
Variabel tergantung: volume penjualan
Promosi mempunyai hubungan dengan
ada dan tidaknya peningkatan volume penjualan di perusahaan tertentu.
2.3.4 Variabel Moderat
(Moderate Variable)
Variabel
moderat adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara variabel
bebas pertama dan variabel tergantung. Variabel moderat merupakan variabel yang
variabelitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung yang sedang dikaji.
Pada kasus
adanya hubungan antara promosi dengan minat beli, peneliti memilih variabel
moderatnya ialah “harga”. Dengan
dimasukannya variabel moderat harga, peneliti ingin mengetahui apakah besaran
hubungan kedua variabel tersebut berubah. Jika berubah maka keberadaan variabel
moderat berperan, sedang jika tidak berubah maka variabel moderat tidak
mempengaruhi hubungan kedua variabel yang diteliti.
Contoh lain:
·
Hipotesis: Ada
hubungan antara promosi di media televisi dengan meningkatnya kesadaran merek
handphone Samsung di kalangan konsumen
·
Variabel bebas: promosi
·
Variabel tergantung: kesadaran merek
·
Variabel moderat: media promosi
2.3.5 Variabel Kontrol (Control
Variable)
Dalam penelitian peneliti selalu
berusaha menghilangkan atau menetralkan pengaruh yang dapat menganggu hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung. Suatu variabel yang pengaruhnya
akan dihilangkan disebut variabel kontrol. Variabel kontrol didefinisikan
sebagai variabel yang variabelitasnya dikontrol oleh peneliti untuk
menetralisasi pengaruhnya. Jika tidak dikontrol variabel tersebut akan
mempengaruhi gejala yang sedang dikaji.
Contoh:
·
Hipotesis: ada pengaruh warna handphone Nokia terhadap
keputusan membeli di kalangan wanita
·
Variabel bebas: warna
·
Variabel tergantung: keputusan membeli
·
Variabel kontrol: wanita (jenis kelamin)
Pada kasus penelitian di atas
variabel kontrolnya jenis kelamin wanita. Asumsi peneliti hanya wanita saja
yang terpengaruh warna handphone Nokia jika mereka ingin membelinya.
2.3.6 Variabel Perantara
(Intervening Variable)
Variabel bebas, tergantung, kontrol
dan moderat merupakan variabel-variabel konkrit. Ketiga variabel, yaitu
variabel bebas, kontrol dan moderat tersebut dapat dimanipulasi oleh peneliti
dan pengaruh ketiga variabel tersebut dapat dilihat atau diobservasi. Lain
halnya dengan variabel perantara, variabel tersebut bersifat hipotetikal artinya secara konkrit pengaruhnya tidak
kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel
bebas dan tergantung yang sedang diteliti. Oleh karena itu, variabel perantara
didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
variabel yang sedang diteliti tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan
dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel
bebas dan variabel moderat terhadap gejala yang sedang diteliti.
Contoh:
·
Hipotesis: Jika minat pegawai
terhadap tugas yang dibebankan meningkat, maka kinerja mengerjakan tugas
tersebut akan semakin meningkat
·
Variabel bebas: minat terhadap
tugas
·
Variabel tergantung: kinerja
dalam mengerjakan tugas
·
Variabel perantara: pemahaman
mengenai tugas
Keterangan kasus di atas adalah
sebagai berikut jika seorang pegawai tertarik terhadap tugas yang diberikan
oleh atasan, maka hasilnya akan baik. Besar kecilnya kinerja
dipengaruhi oleh minat; sekalipun demikian hasil akhir pengerjaan tugas
tersebut dipengaruhi oleh faktor pegawai mau mempelajari atau tidak terlebih
dahulu tugas yang akan dikerjakan tersebut. Dengan minat yang tinggi dan
pemahaman yang baik, maka kinerjanya akan semakin besar.
Contoh 2:
·
Hipotesis: Layanan yang baik
mempengaruhi kepuasan pelanggan
·
Variabel bebas: layanan yang
baik
·
Variabel tergantung: kepuasan
pelanggan
·
Variabel pengganggu: kualitas
jasa / produk
Pada umumnya layanan yang baik akan
memberikan kepuasan yang tinggi terhadap pelanggan; sekalipun demikian kualitas
jasa akan mempengaruhi hubungan variabel layanan dengan variabel kepuasan.
Layanan baik belum tentu memberikan kepuasan kepada pelanggan jika kualitas
jasanya atau produknya rendah. Misalnya sebuah toko sepatu memberikan layanan
yang baik kepada pelanggannnya. Ketika seorang pembeli mengetahui bahwa
sepatunya sobek pada bagian tertentu maka tingkat kepuasannya akan turun.
2.4 Skema
Hubungan Variabel
Skema
hubungan antar variabel menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas,
moderat, kontrol dan perantara dengan variabel tergantung. Skema di bawah ini
merupakan model pertama yang dibuat oleh Tuckman (Tuckman 1978:70) dikutip oleh
Jonathan Sarwono dalam Metodologi Penelitian Kuantitatif (Sarwono: 2006)
Tabel 2.1. Skema Hubungan Antar Variabel Tuckman
Skema di
atas dapat dibaca sebagai berikut, fokus utama adalah variabel bebas dan
variabel tergantung, peneliti dapat juga mempertimbangkan variabel-variabel
lainnya yaitu variabel moderat dan variabel kontrol. Hubungan variabel bebas
dengan variabel tergantung melalui suatu label yang disebut variabel perantara.
Variabel ini bersifat hipotetikal, artinya secara fakta tidak nampak tetapi
secara teoritis ada dan mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan
tergantung.
2.5 Contoh
Kasus
Dalam kasus
ini peneliti ingin mengukur tingkat loyalitas konsumen produk komputer X dengan
menggunakan variable harga, tipe komputer, layanan purna jual, dan tingkat
kepuasan.
·
Variabel bebas: harga
·
Variabel tergantung: loyalitas
·
Variabel moderat: tipe komputer
·
Variabel kontrol: layanan purna
jual
·
Variabel pengganggu: kepuasan
Keterangan
dari kasus di atas adalah sebagai berikut: Peneliti ingin mengetahui ada dan
tidaknya pengaruh variable harga terhadap loyalitas konsumen. Harga merupakan
variabel bebas dan loyalitas merupakan variabel tergantung. Peneliti juga
mempertimbangkan adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan dua variabel
tersebut, yaitu tipe komputer. Variabel tipe komputer sengaja dipilih untuk menentukan
apakah kehadirannya mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantung. Peneliti bermaksud menetralisasi kemungkinan berpengaruhnya faktor variable
layanan purna jual, oleh karena itu layanan purna jual akan dikontrol sebagai
variabel kontrol. Tujuannya ialah menghilangkan kemungkinan munculnya kerancuan
akibat faktor tersebut. Secara teori variable kepuasan akan mempengaruhi
hubungan antara harga dan loyalitas. Maka variable kepuasan dijadikan sebagai
variabel perantara.
Dalam SPSS
variable dikenal sebagai kolom. Jadi jumlah kolom sama dengan jumlah variable
yang dianalisis.
2.6 Skala
Pengukuran
Ada empat tipe skala pengukuran dalam penelitian, yaitu
nominal, ordinal, interval dan ratio.
2.6.1 Nominal
Skala
pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi obyek, individual atau
kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan
area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka
sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka
statistik non-parametrik digunakan untuk menganalisis datanya. Hasil analisis
dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh kita mengklasifikasi
variabel jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol
angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan
angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan
atau ketidakadanya karaktersitik tertentu.
Contoh:
Jawaban
pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal dapat
diberi simbol angka-angka sebagai berikut: jawaban “ya” diberi angka 1 dan
tidak diberi angka 2.
Misalnya
dalam pertanyaan:
·
Apakah saudara setuju tentang kenaikan harga BBM?
Jawaban: a. ya dan b tidak. Jika digunakan skala nominal, maka “ya” diberi
nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0
2.6.2 Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat
pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana
peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek
memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak
kekurangan dan kelebihannya.
Contoh:
Jawaban
pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka 1, 2,3,4 dan 5.
Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah.
Misalnya
dalam pertanyaan:
·
Apakah saudara setuju tentang kenaikan tarif
tiket pesawat terbang? Jawaban: a. sangat tidak setuju, b tidak setuju, c. ragu-ragu, d. setuju, e.
setuju sekali. Jika digunakan skala ordinal, maka “sangat tidak setuju” diberi
nilai 1, “tidak setuju” diberi nilai 2,
“ragu-ragu” 3, “setuju” 4 dan “setuju sekali” 5
2.6.3 Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa
adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya
perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala
pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang digunakan
dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau
dikalikan. Untuk melakukan analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik
parametric.
Contoh:
Jawaban
pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda berbelanja
di Supermarket X dalam satu bulan terakhir ini? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5
kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan
interval 2.
Misalnya
dalam pertanyaan ini menggunakan interval 1:
·
Berapa kali Saudara berbelanja di Supermarket
ini dalam satu bulan? Jawaban berupa angka sebenarnya: a. 1 kali, b. 2
kali, c.
3 kali, d. 4 kali dan e.
5 kali
2.6.4 Ratio
Skala
pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala
nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol)
empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya
suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk
perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.
Contoh:
Berat Rinso 3
gram sedang berat Soklin 6 gram. Maka berat Rinso dibanding dengan berat Soklin
sama dengan 1 dibanding 2.
Misalnya
dalam pertanyaan;
·
Berapa berat badan anda sebelum dan sesudah
makan obat diet tersebut? Jawabannya berupa angka sebenarnya: Berat sebelum minum obat 70 kg dan berat sesudah
minum obat 60 kg.
Dalam SPSS
skala pengukuran disebut “Measure” yang terdiri dari nominal, ordinal dan
scale. Scale merupakan penggabungan dari skala pengukuran interval dan ratio.
2.7 Tingkat Kepercayaan (Confidence Interval)
Tingkat
kepercayaan atau disebut juga confidence
interval atau risk level
didasarkan pada gagasan yang berasal dari Teorema Batas Sentral (Central Limit Theorem). Gagasan pokok
yang berasal dari teorema tersebut ialah apabila suatu populasi secara
berulang-ulang ditarik sampel, maka nilai rata-rata atribut yang diperoleh dari
sampel-sampel tersebut sejajar dengan nilai populasi yang sebenarnya. Lebih
lanjut, nilai-nilai yang diperoleh tersebut yang berasal dari sampel-sampel
yang sudah ditarik didistribusikan
secara normal dalam bentuk nilai benar / nyata. Bentuk nilai-nilai
tersebut akan menjadi nilai-nilai sampel yang lebih tinggi atau lebih rendah
jika dibandingkan dengan nilai populasinya. Dalam suatu distribusi normal,
sekitar 95% nilai-nilai sampel berada dalam
dua simpangan baku (standard
deviation)dari nilai populasi sebenarnya. Dengan kata lain, jika tingkat
kepercayaan sebesar 95% dipilih, maka 95
dari 100 sampel akan mempunyai nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan
ketepatan sebagaimana sudah dispesifikasi sebelumnya. Ada kalanya bahwa sampel yang kita peroleh
tidak mewakili nilai populasi yang sebenarnya.Tingkat kepercayaan berkisar
antara 99% yang tertinggi dan 90% yang terendah. Dalam SPSS tingkat kepercayaan
secara default diisi 95%.
2.8 Signifikansi / Probabilitas (Significance Level)
Signifikansi
atau disebut juga probabilitas merupakan tingkat ketepatan (presisi) dalam
kaitannya dengan kesalahan pengambilan sampel (sampling error),
merupakan jangkauan dimana nilai populasi yang tepat diperkirakan. Jangkauan
ini sering diekspresikan dengan menggunakan poin-poin persentase, misalnya 1%
atau 5%. Oleh karena itu jika seorang peneliti menemukan bahwa 60% pegawai
perusahaan tertentu yang digunakan sebagai sampel sudah mengadopsi suatu metode
bekerja yang direkomendasikan dengan tingkat ketepatan sebesar ±1%, maka peneliti tersebut dapat
menyimpulkan bahwa antara 59% dan 61% dari pegawai perusahaan tersebut yang
menjadi populasi sudah mengadopsi metode
tersebut. Dalam SPSS signifikansi ditulis secara default sebagai 0,05 (5%).
2.9 Jumlah Data / Kasus
Dalam SPSS
jumlah data disebut sebagai kasus. Cara membacanya ialah dengan melihat baris.
Jadi jumlah baris sama dengan jumlah kasus / data. Di SPSS jumlah data ini
dberi simbol N. SPSS tidak membedakan antara N
(populasi) dan n (sample).
2.10 Pengertian Hipotesis Serta Uji Hipotesis Satu Sisi (One Tailed) dan Uji Dua Sisi (Two Tailed)
Bagian ini
akan memberikan pengertian dasar mengenai hipotesis, cara membuat hipotesis dan
pengujian hipotesis.
2.10.1.
Pengertian
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah berikutnya ialah merumuskan
hipotesis. Apakah hipotesis itu? Ada
banyak definisi hipotesis yang pada hakikatnya mengacu pada pengertian yang
sama. Diantaranya ialah hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang sedang diteliti.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis ialah “pernyataan tentative yang merupakan
dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya”. (Nasution:2000)
Zikmund (1997:112) mendefinisikan hipotesis sebagai: “Unproven proposition or supposition that
tentatively explains certain facts or phenomena; a probable answer to a
research question”. Menurut Zimund
hipotesis merupakan proposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara
tentative menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu dan juga merupakan
jawaban yang memungkinkan terhadap suatu pertanyaan riset.
2.10.2 Pertimbangan
dalam Merumuskan Hipotesis
Dalam merumuskan hipotesis peneliti perlu pertimbangan- pertimbangan
diantaranya:
·
Harus
mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam
merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua
variabel yang akan dikaji. Kedua variabel tersebut adalah variabel bebas dan
variabel tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variabel
tergantung dua variabel bebas.
·
Harus
dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis
harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan
penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka
hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
·
Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat
dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya hipotesis
jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.
2.10.3 Jenis-Jenis Hipotesis
Secara garis besar ada dua jenis hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan bentuknya.
Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi:
a)
Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris:
hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya, misalnya “orang jawa
halus budinya dan sikapnya lemah lembut”, “jika ada bunyi hewan tenggeret maka
musim kemarau mulai tiba, “ jika hujan kota Jakarta Banjir”. Kebenaran-kebenaran umum seperti di atas yang
sudah diketahui oleh orang banyak pada umumnya,
jika diuji secara ilmiah belum tentu benar.
b)
Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini
sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita
memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada. Pengetahuan mengenai
otoriterisme akan membantu kita memahami, misalnya dalam dunia kepemimpinan,
hubungan ayah dalam mendidik anaknya. Pengetahuan mengenai ide nativisme akan
membantu kita memahami munculnya seorang pemimpin.
c) Hipotesis yang digunakan untuk mencari
hubungan antar variabel: hipotesis ini merumuskan hubungan antar dua atau lebih
variabel-variabel yang diteliti. Dalam menyusun hipotesisnya, peneliti harus
dapat mengetahui variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya sehingga
variabel tersebut berubah.
Menurut bentuknya, hipotesis
dibagi menjadi tiga:
a)
Hipotesis penelitian / kerja: hipotesis penelitia merupakan anggapan
dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini
peneliti mengaggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara
empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya
selama melakukan penelitian. Misalnya: Ada
hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
b)
Hipotesis operasional: hipotesis operasional merupakan hipotesis yang
bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata
berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi
juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat
belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu
peneliti memerlukan hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau
secara teknis disebut hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan
keseimbangan pada hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian
nanti benar atau salahnya hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang
diperolehnya selama melakukan penelitian. Contoh:
H0: Tidak ada hubungan antara jumlah jam kerja dengan jumlah pegawai
yang mengalami stress.
c)
Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang
dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan
pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).
Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0
2.10.4 Cara Merumuskan
Hipotesis
Cara merumuskan hipotesis
ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan hipotesis penelitian, hipotesis operasional, dan
hipotesis statistik.
Hipotesis penelitian ialah hipotesis yang kita buat dan dinyatakan
dalam bentuk kalimat dan didasarkan oleh asumsi.
Contoh 1: Hipotesis asosiatif
Rumusan masalah:
·
Adakah hubungan antara gaya kepemimpininan dengan kinerja pegawai?
Hipotesis penelitian:
·
Ada hubungan
antara gaya kepemimpininan
dengan kinerja pegawai
Hipotesis operasional ialah mendefinisikan hipotesis secara
operasional variabel-variabel yang ada di dalamnya agar dapat
dioperasionalisasikan. Misalnya “gaya
kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap
bawahan. Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya
pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua, yaitu
hipotesis 0 yang bersifat netral dan hipotesis 1 yang bersifat tidak netral
Maka bunyi hipotesis operasionalnya:
H0: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi – rendahnya revenue perusahaan
H1: Ada
hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi –
rendahnya revenue perusahaan
Hipotesis statistik ialah hipotesis operasional yang diterjemahkan
kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh
peneliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan revenue sebesar 30%, maka
hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
H0: r=
0,3
H1: r
¹
0,3
Contoh 2: Hipotesis deskriptif
Rumusan
masalahnya:
o
Berapa besar tingkat kenaikan suku bunga di Bank
X?
Hipotesis
penelitian:
o
Tingkat kenaikan suku bunga di
Bank X kurang dari standar
Hipotesis
operasional bunyinya:
o
H0 = Tingkat kenaikan suku bunga di Bank X sama
dengan standar
o
H1 = Tingkat kenaikan suku bunga di Bank X tidak
sama dengan standar
Hipotesis statistik
o
H0: r = 5% (0,05)
o
H1: r ¹ 5% (0,05)
Diasumsikan standar kenaikan sama dengan 5%.
Contoh 3: Hipotesis komparatif
Rumusan masalahnya:
o
Bagaimana sikap konsumen di Bandung
terhadap kenaikan tarif kereta api dibandingkan dengan sikap konsumen di Yogyakarta
Hipotesis penelitian:
o
Ada perbedaan sikap
konsumen di Bandung
terhadap kenaikan tarif kereta api jika
dibandingkan dengan sikap konsumen di Yogyakarta
Hipotesis operasional:
o
H0 = Tidak ada perbedaan persentase antara sikap konsumen di Bandung
terhadap kenaikan tarif kereta api
dengan sikap konsumen di Yogyakarta
o
H1 = Ada
perbedaan persentase antara sikap konsumen
di Bandung terhadap kenaikan tarif kereta
api dengan sikap konsumen di Yogyakarta
Hipotesis Statistik:
H0: r
Bandung = r Yogyakarta
H1: : r
Bandung ¹ r Yogyakarta
2.10.5. Uji
Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat
didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu: tingkat signifikansi atau
probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya
orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai
dengan 0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas
melakukan kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis
tersebut benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang
dimaksud dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai
sample akan mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Dalam melakukan uji
hipotesis terdapat dua hipotesis, yaitu:
- H0 (hipotessis nol) dan H1 (hipotesis alternatif)
Contoh uji hipotesis misalnya
rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10 (μ x= 10), maka bunyi
hipotesisnya ialah:
- H0: Rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10
- H1: Rata-rata produktivitas pegawai tidak sama dengan 10
Hipotesis statistiknya:
- H0: μ x= 10
- H1: μ x > 10 Untuk uji satu sisi (one tailed) atau
- H1: μ x < 10
- H1: μ x ≠ 10 Untuk uji dua sisi (two tailed)
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam uji hipotesis ialah;
- Untuk pengujian hipotesis kita menggunakan data sample.
- Dalam pengujian akan menghasilkan dua kemungkinan, yaitu pengujian signifikan secara statistik jika kita menolak H0 dan pengujian tidak signifikan secara statistik jika kita menerima H0.
- Jika kita menggunakan nilai t, maka jika nilai t yang semakin besar atau menjauhi 0, kita akan cenderung menolak H0; sebaliknya jika nila t semakin kecil atau mendekati 0 kita akan cenderung menerima H0.
Menggunakan kurva untuk menguji
hipotesis dapat digambarkan sebagai berikut:
a)
Untuk uji dua
sisi
b) Untuk uji satu sisi sebelah kanan
c) Untuk uji satu sisi sebelah kiri
2.11 Derajat Kebebasan (Degree of Freedom)
Derajat
kebebasan mempunyai dua makna yang berbeda. Dalam kaitannya dengan distribusi
statistic untuk memberikan nama dari salah satu parameternya. Dalam kaitannya
dengan kecocokan model, derajat kebebasan menunjuk pada jumlah informasi yang
independen yang ada digunakan untuk membuat estimasi terhadap informasi yang
lain. Umumnya kita memulai jumlah derajat kebebasan dengan data. Semakin suatu
prosedur atau model cocok, maka jumlah derajat kebebasan semakin kecil. Penghitungan derajat kebebasan dilakukan
melalui ukuran sampel. Derajat kebebasan merupakan pengukuran jumlah informasi
dari data sample yang telah digunakan. Setiap penghitungan statistik dilakukan
dari suatu sampel tertentu, maka satu
derajat kebebasan digunakan. Setiap rumus dalam SPSS cara menghitung derajat
kebebasan (DF /Degree of Freedom) berbeda, misalnya dalam Chi Square untuk
menghitung DF digunakan rumus (C-1) x (R -1); sedang untuk uji t sampel bebas
untuk menghitung DF digunakan rumus n -2; untuk uji t sampel berpasangan untuk
menghitung DF digunakan rumus n -1 dstnya.
2.12 Nilai Kritis (Critical Value)
Nilai
kritis digunakan untuk pengujian signifikansi. Nilai dimana pengujian statistik
harus melampaui nilai tertentu agar hipotesis 0 ditolak. Misalnya nilai kritis
t dengan derajat kebebasan sebesar 12
dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 adalah 1,98. Nilai absolut t harus lebih
besar dari 1,98 agar H0 ditolak. Nilai kritis diambil dari table nilai kritis t
sedang nilai absolut berasal dari data.
2.13 Statistik Parametrik dan Nonparametrik
Statistik
parametrik merupakan statitik dimana populasi diasumsikan cocok dengan setiap
distribusi yang diukur, umunya distibusi normal. Metode statistik inferensi parametrik
merupakan prosedur matematik untuk pengujian hipotesis statistik yang
mengasumsikan bahwa distribusi variabel-variabel tersebut sedang dinilai sesuai
dengan kelompok parameter yang berdistribusi normal, contoh dalam SPSS: ANOVA dan
Korelasi Pearson. Sebaliknya statistik nonparametrik berkaitan dengan
model-model non parametrik dan inferensi non parametrik. Pengertian ini juga
mengacu pada statistik yang interpretasinya tidak tergantung pada populasi yang
dicocokkan dengan setiap distribusi normal, contoh dalam SPSS Korelasi Spearman.
2.14 Ringkasan
Untuk
memahami SPSS secara benar, kita harus mengetahui konsep-konsep yang melandasi
penggunaan SPSS. Konsep-konsep itu ada di teori statistik. Konsep-konsep yang
setidak-tidaknya harus kita ketahui ialah diantaranya: adalah variable, model
hubungan antar variable, tingkat kepercayaan (Confindence Interval, tingkat
signifikansi / probabilitas (significance level), pengertian data / kasus,
pengertian uji satu sisi (one tailed) dan uji dua sisi (two tailed), hipotesis,
derajat kebebasan (degree of freedom), nilai kritis, parametric dan
nonparametric
2.15 Konsep-Konsep yang Harus Dipahami
·
Variabel
·
Model hubungan antar variabel
·
Tingkat kepercayaan
(Confindence Interval)
·
Tingkat signifikansi /
probabilitas (significance level)
·
Pengertian data / kasus
·
Uji hipotesis satu sisi (one
tailed) dan uji hipotesis dua sisi (two tailed)
·
Derajat kebebasan (degree of
freedom)
·
Nilai kritis
·
Statistik parametrik dan
nonparametrik
2.16 Pertanyaan-Pertanyaan
1.
Terangkan apa yang dimaksud dengan variable?
2. Sebutkan variable apa saja dalam penelitian dan terangkan
masing-masing pengertiannya!
3. Ada
empat skala pengukuran dalam penelitian. Sebutkan satu persatu dan terangkan
maksudnya!
4. Apa hubungan antara variable dengan skala pengukuran?
5. Jelaskan mengenai pengertian hipotesis?
6. Ada
berapa tipe hipotesis?
7.
Jelaskan mengenai pengertian tingkat
kepercayaan (Confindence Interval)!
8.
Jelaskan mengenai pengertian tingkat
signifikansi / probabilitas (significance level)!
9.
Apa yang dimaksud dengan data /
kasus dalam SPSS?
10.
Jelaskan mengenai pengertian uji
hipotesis satu sisi (one tailed) dan uji hipotesis dua sisi (two tailed)!
11.
Jelaskan mengenai pengertian derajat
kebebasan (degree of freedom)!
12.
Apa itu nilai kritis? Dimana
kita dapat memperoleh nilai kritis?
13.
Jelaskan mengenai pengertian statistik
parametrik dan nonparametrik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar